Singapura – Otoritas Tiongkok telah memberlakukan pembatasan sementara impor sarang burung walet dari Malaysia, Senin (20/3). Larangan ini diumumkan terkait merebaknya wabah flu burung di negara bagian Kelantan, Malaysia.
Virus flu burung H5N1 yang sangat menular pertama kali terdeteksi pada 6 Maret 2017 di antara beberapa ekor ayam buras. Sebanyak 18 desa di ibukota negara bagian Kota Bharu telah terdampak dan hampir 25.000 burung, terutama ayam, bebek dan angsa telah dimusnahkan.
Menyusul larangan dari Tiongkok, Departemen Layanan Kesehatan Hewan Malaysia (DVS) mengirimkan surat kepada pihak berwenang Tiongkok untuk menjelaskan situasi dan memastikan langkah-langkah yang diambil dalam mencegah penyebaran penyakit.
“”Kami juga menjelaskan bahwa populasi ayam dan bebek di Kelantan hanya terdiri 0,5% dari total populasi nasional. Produksi telur komersial sepenuhnya dihasilkan di luar Kelantan,” bunyi laporan surat kabar New Strait Times yang mengutip DVS.
Menteri Pertanian dan Agro Industri Malaysia Ahmad Shabery Cheek mengatakan otoritas Malaysia dapat mengidentifikasi lokasi asal produk sarang burung, mulai dari peternakan, desa dan negara bagian. Jika ditemukan ada hal-hal yang tidak diinginkan, tindakan akan diambil pada daerah yang terkena dampak tanpa mengganggu produksi sarang burung nasional.
“Seharusnya tidak ada kekhawatiran dari Tiongkok atau negara-negara lain dalam membatasi ekspor unggas dan sarang burung dari Malaysia,” kata Ahmad.
Kementerian pertanian juga siap untuk mempertimbangkan bentuk kompensasi yang lebih tepat bagi petani dan operator jika wabah flu burung berulang. Malaysia mengekspor produk sarang burung walet senilai RM135 juta (US$ 30 juta) ke Tiongkok per tahun.
“Nilai ekspornya sangat tinggi, oleh karena itu, kami tidak ingin petani dan pengusaha menderita kerugian terus. Harga-harga sarang burung dan burung-burung naik dan turun, dan itu yang harus dihadapi petani karena tidak ada lagi skema subsidi jika harga rendah, pemerintah yang harus membayar,” katanya